<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/36005965?origin\x3dhttp://hendrie87.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Y .23 November 2006.


Dari jet darat ke pesawat betulan. Demikianlah pengalaman pembalap Formula 1 yang tahun depan membela Red Bull Racing (RBR), Mark Webber.

Meski baru bulan November mendatang Webber resmi menjadi anggota RBR, pembalap asal Australia itu diundang RBR sebagai tamu kehormatan pada final Red Bull Air Race yang digelar di Perth.

Namun Webber tidak betul-betul menjadi pilot. Dilansir F1-racing, ia hanya menjadi penumpang salah satu pesawat yang dikemudikan oleh pilot asal Australia, Hannes Arch.

Selama beberapa menit, Arch membawa Webber melayang di atas Sungai Swan. Melesat dengan kecepatan 400kmh, lajang yang kini berusia 30 tahun ini mengaku sangat senang.

"Saya sangat menikmatinya," aku Webber. "Dalam beberapa hal rasanya hampir seperti mengendarai mobil F1 dengan g-forces-nya, meski saya belum pernah mengalami g (force) negatif sebelumnya," tuturnya.

Event Red Bull Air Race yang digelar di Perth merupakan final kompetisi air racing yang disponsori Red Bull. Kompetisi yang memperlombakan kecepatan dan
ketangkasan para pilot itu digelar tanggal 17-19 November.



YYY
  • Simplicity rocks :D
    8:23 PM